Senin, 08 Maret 2010

'Hukum Balik'

Mama : 'kamu lebih baik tidak berteman dengannya'

Ghe : 'kenapa?'

Mama : ' dia tidak sepadan sama kita, bukan level kita lah'

Ghe : 'tapi aku nyaman berteman dengannya, dia baik... Sangat baik'

Mama : 'tidak mau dengar alasan apa pun. Dia tidak ada baiknya sedikitpun !'

Ghe : '......'



***



Mama : 'siapa yang antar kau pulang?'

Ghe : 'teman...'

Mama : 'ya siapa? Sering sekali sekarang kau di antar teman mu pulang, terlalu baik'

Ghe : 'kenapa di larang? Toh dia juga tidak keberatan sedikitpun mengantarku pulang ke rumah dengan selamat.'

Mama : 'paling temanmu yang bukan satu derajat dengan kita'

Ghe : 'kenapa menilai sebelum mengetahui medan?'

Mama : 'feeling orang tua itu benar'

Ghe : 'bukan berati benar sebelum mengetahui medannya dalam jangka waktu lama kan?'

Mama : 'terserah katamu, aku tidak menyukainya'



***



Mama : 'Kenapa kau lama tidak menjumpai kekasihmu, Leo?'

Leo : 'ibu nya tidak suka padaku, katanya kami tidak satu derajat'

Mama : '.........' (menangis)



****


Dari apa yang anda baca di atas, sedikit kisah tentang.. Ya mungkin sesuatu yang bisa di bilang 'hukum balik'.
Kadang begini, kita mencoba untuk melarang sesuatu yang tidak kita sukai, dengan tujuan yang (mungkin) baik bagi kita, tanpa mengetahui apakah itu benar-benar baik. Ketika kita melakukan segala hal, menunjukan wajah tidak senang wajah hanya di bicarakan sedikit perihal itu, atau sampai murka ketika mendengar sesuatu yang tidak kita sukai itu. Di saat itu juga kita mungkin akan merasakan 'tamparan balik' untuk 'sekedar' mengingatkan bahwa cara yang kita lakukan (mungkin) salah.

Setiap orang hidup dan berkehidupan di dunia ini dengan dirinya, dan orang lain yang ada di sekelilingnya. Kenapa kita mencurigai orang-orang tertentu -yang mungkin tidak kita ketahui bagaimana dia-, bahwa orang-orang itu bukan orang yang baik ? Padahal mungkin saja, kita atau kerabat kita sebenarnya sangat membutuhkan orang-orang itu.

Pikir, semua yang kita larang, belum tentu itu membahayakan orang lain. Beri kesempatan orang lain untuk apapun, selama ia tidak merugikan. Karena kita sendiri tidak akan mau ada di posisi 'tidak mempunyai kesempatan'.

1 komentar:

Catatan Berantakan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar