Senin, 29 Maret 2010

Saya Bangga Menjadi 'Saya'

Hidup semua orang sudah di gariskan sesuai kemampuannya. Allah tidak mungkin memberikan segala sesuatu yang berlebihan jika kita tidak mampu menanganinya sendiri dengan baik.

Saya, hidup di dunia ini juga tidak selalu dengan nasib baik. Kadang ada permasalahan buruk yang datang tiba-tiba tanpa saya sadari.
Kadang ada banyak hal buruk yang datang, tapi kita menganggapnya itu hanya cobaan, atau malah itu adalah cobaan terburuk yang pernah ada. Tapi sekali lagi yang harus di ingat, Allah tidak mungkin memberi sesuatu yang berlebihan.

Semua yang terjadi menyimpan makna tersendiri, tergantung bagaimana kita menjalaninya dan menyelesaikannya. Ketika kita bisa menyelesaikan dengan ikhlas dan baik, kita pasti menemukan makna yang baik dari masalah-masalah itu.

Saya dengan segala permasalahan kesusahan atau kebaikan dalam hidup saya.
Saya menjalaninya dengan ikhlas, santai dan bahagia. Lalu bisa dengan mudah melupakannya dan mencoba mencari petualangan hidup yang baru.

Saya bangga menjadi diri saya sendiri. Tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain.Saya bisa senang dan sedih sendiri. Saya bisa menghadapi segala keburukan sendiri, tapi saya berbagi ketika merasakan kesenangan untuk orang-orang di sekitar saya.

Tidak panik ketika ada berita buruk tentang saya, tidak terlalu senang jika ada kabar baik mengenai saya. Hadapi biasa saja, jalani dengan logika. Tidak perlu banyak bicara, cukup berbuat yang mau kita perbuat, yang baik untuk kita lakukan, yang tidak merugikan orang lain.
Saya mencoba untuk tidak berfikir licik dari penjilat-penjilat yang ada, saya mencoba untuk tidak meng-copy wajah saya agar bisa saya pamerkan di hadapan banyak orang.

Saya bangga menjadi saya sendiri, karena dalam 'saya', saya menemukan banyak kejutan di tiap hari-nya

Senin, 08 Maret 2010

'Hukum Balik'

Mama : 'kamu lebih baik tidak berteman dengannya'

Ghe : 'kenapa?'

Mama : ' dia tidak sepadan sama kita, bukan level kita lah'

Ghe : 'tapi aku nyaman berteman dengannya, dia baik... Sangat baik'

Mama : 'tidak mau dengar alasan apa pun. Dia tidak ada baiknya sedikitpun !'

Ghe : '......'



***



Mama : 'siapa yang antar kau pulang?'

Ghe : 'teman...'

Mama : 'ya siapa? Sering sekali sekarang kau di antar teman mu pulang, terlalu baik'

Ghe : 'kenapa di larang? Toh dia juga tidak keberatan sedikitpun mengantarku pulang ke rumah dengan selamat.'

Mama : 'paling temanmu yang bukan satu derajat dengan kita'

Ghe : 'kenapa menilai sebelum mengetahui medan?'

Mama : 'feeling orang tua itu benar'

Ghe : 'bukan berati benar sebelum mengetahui medannya dalam jangka waktu lama kan?'

Mama : 'terserah katamu, aku tidak menyukainya'



***



Mama : 'Kenapa kau lama tidak menjumpai kekasihmu, Leo?'

Leo : 'ibu nya tidak suka padaku, katanya kami tidak satu derajat'

Mama : '.........' (menangis)



****


Dari apa yang anda baca di atas, sedikit kisah tentang.. Ya mungkin sesuatu yang bisa di bilang 'hukum balik'.
Kadang begini, kita mencoba untuk melarang sesuatu yang tidak kita sukai, dengan tujuan yang (mungkin) baik bagi kita, tanpa mengetahui apakah itu benar-benar baik. Ketika kita melakukan segala hal, menunjukan wajah tidak senang wajah hanya di bicarakan sedikit perihal itu, atau sampai murka ketika mendengar sesuatu yang tidak kita sukai itu. Di saat itu juga kita mungkin akan merasakan 'tamparan balik' untuk 'sekedar' mengingatkan bahwa cara yang kita lakukan (mungkin) salah.

Setiap orang hidup dan berkehidupan di dunia ini dengan dirinya, dan orang lain yang ada di sekelilingnya. Kenapa kita mencurigai orang-orang tertentu -yang mungkin tidak kita ketahui bagaimana dia-, bahwa orang-orang itu bukan orang yang baik ? Padahal mungkin saja, kita atau kerabat kita sebenarnya sangat membutuhkan orang-orang itu.

Pikir, semua yang kita larang, belum tentu itu membahayakan orang lain. Beri kesempatan orang lain untuk apapun, selama ia tidak merugikan. Karena kita sendiri tidak akan mau ada di posisi 'tidak mempunyai kesempatan'.